Tulisan
ini adalah curhatan seorang ibu yang dikit-dikit baper dan kepengen tulisan ini diikutkan dalam Giveaway “ASI dan Segala Cerita Tentangnya” dalam
rangka menyambut
Assalamualaikum Wr. Wb.
Tidak
terasa hari ini adalah hari ke 20 bulan untuk Rafa, dia yang dulu lahir
sebagai bayi kecil seberat 3100 gr dengan panjang 48 cm kini sudah bisa berlarian kesana kemari, suka nunjuk-nunjuk
kalau lagi lihat cicak merayap didinding dan suka ngajak liat "Pus" (red: Kucing) dipagi hari.
Rafa
lahir tanggal 12 bulan Desember tahun 2014 lalu artinya selama 20 bulan
aku sudah menjadi seorang ibu, merawatnya, mendidiknya dan selalu berusaha
memberikannya yang terbaik termasuk dalam pemberian ASI yang merupakan
hak bagi seluruh anak. Selama 20 bulan ini bukanlah
hal yang mudah untuk kami lalui, apalagi Rafa adalah anak pertama.
Sejauh ini, banyak sekali cerita suka duka yang kami alami. Bahkan menyusui
yang merupakan proses alamiah menjadi sangat sulit bagiku waktu itu.
Jika diingat-ingat rasanya aku menyesal kenapa tidak banyak membekali
diri dengan ilmu-ilmu terkait menyusui semenjak sebelum menjadi ibu. Disisi lain aku juga sangat
bersyukur masih bisa memberikan ASI sampai sekarang.
Gagal ASI Eksklusif
Sebenarnya
aku malu menceritakan sebuah kegagalan ini, namun aku pikir justru
cerita ini mungkin bisa menjadi pelajaran terbaik untuk kedepannya dan
bisa menjadi cambuk semangat bagi para #pejuangASI. Rafa terlahir di
Bidan yang kebetulan kurang Pro ASI, sehari setelah lahir Rafa langsung
diresepi Susu Formula dan Asisten Bidan sendiri yang menyajikan 30 ml
setiap 2 jam sekali. Aku dan suami yang waktu itu masih buta tentang ASI
sama sekali tidak menolak, yang kami tahu bayi harus segera dikasih
susu sebelum dia menangis kelaparan. Faktanya bayi masih
menyimpan cadangan makanan dari dalam rahim dan bisa bertahan sampai 3 x
24 jam hingga akhirnya ASI pertama atau yang sering disebut kolostrum
ibunya keluar. Selain itu lambung bayi baru lahir hanya sebesar kelereng
dan bisa dibayangkan volume sebesar itu pasti tidak mampu menampung
cairan sebanyak 30 ml. Pantesan saja setiap habis minum sufor 30 ml itu
Rafa selalu muntah/gumoh. Aku baru mengerti tentang hal itu beberapa minggu kemudian dan jika mengingat-ingat masa itu rasanya aku
sudah gagal menjadi ibu, ASI yang aku pikir bisa langsung keluar
ternyata tidak, tetapi masih butuh stumulasi yang bisa merangsangnya
untuk keluar dengan lancar baik dengan cara dihisap langsung oleh bayi
atau diperah. Sebenarnya sudah atau belum keluar ASI bayi harus terus dilatih menghisap payudara ibunya karena itu adalah rangsangan terbaik yang mampu meningkatkan hormon prolaktin dan oksitosin.
Setelah
3 hari ASIku keluar dan aku pikir bisa dengan mudah langsung menyusui
Rafa sehingga dapat meninggalkan botol susu formula itu tapi ternyata dia sudah
terlanjur tidak mau (yang sekarang aku tau itu namanya Bingung Puting). RAFA TIDAK MAU MENYUSU !!!!
Huaaaaaaaaaaaa.... aku nangis kejer
Banyak
wejangan yang aku dapat dari orang tua, sanak saudara yang terus
memecut semangatku. Didampingi ibuku, aku terus berjuang untuk belajar
menyusui, ternyata itu sangat sulit, begitu sakit, tertekan dan serba
salah. Payudara yang sudah penuh sampai keras dan bengkak itu mungkin
ukurannya telah berubah menjadi 40B tetapi si bayi tidak mau menyusu,
setiap disodori payudara dia langsung nangis kejer. Rasanya aku hampir putus
asa dan yang aku lakukan kala itu adalah menangis bersimpuh dipangkuan ibu memohon agar setiap sholat didoakan aku bisa menyusui Rafa.
Makin kesini sedikit banyak aku mulai membekali diri dengan membaca dari hasil browsing-browsing artikel di internet. Aku mulai belajar memerah ASI hingga akhirnya Rafa bisa full ASIP tanpa susu formula. Hingga usianya 2 minggu dia belum juga bisa menyusu hanya mengandalkan ASI Perah, setiap kali belajar menyusu selalu pelekatannya salah alhasil putingku robek dan berdarah rasanya ngilu sekali tiap disusukan tapi aku bersikeras untuk tetap bisa menyusui Rafa langsung dari payudara. Perjuangan pasti akan membuahkan hasil, begitu juga dengan perjuanganku untuk menyusui Rafa. Dia berhasil menyusu dengan lancar, lihai dengan pelekatan yang bagus setelah berusia satu bulan. AKU BERHASIL :) Semua terasa begitu indah.
Masa cuti habis : ASIP Kejar Tayang
Aku
mulai kembali masuk kerja pertengahan bulan Februari 2015, perjuangan
memberikan ASI kembali diuji. Aku bekerja selama 8 jam sehari dan
otomatis selama ditinggal Rafa butuh ASIP yang banyak dan itu menjadi
tantangan tersendiri buatku karena sampai saat itu aku tidak pernah bisa
menghasilkan ASI Perah yang melimpah seperti halnya Ibu-ibu perah
lainnya yang sehari bisa menghasilkan ASIP berliter-liter. Sebagian
besar juga kesalahanku sendiri yang kurang mampu memanage jadwal pumping
atau mungkin juga karena tidak rutin mengkonsumsi makanan yang bisa
menjadi booster ASI. Sekali pumping aku hanya mampu mengasilkan ASIP
sekitar 100 - 200 ml.
Perjuanganku rasanya tidak sia-sia setiap kali melihat tumbuh kembangnya yang sangat luar biasa. Didampingi suami yang sangat peduli dan mengerti istrinya adalah pemberi semangat terbesarku untuk terus memerikan ASI sebagai nutrisi terbaik untuk Rafa. Enam bulan terlampaui dengan banyak lika-liku yang artinya Rafa telah lulus ASI Eksklusif (dengan catatan ditambah sufor diawal kelahirannya).
Masa MPASI, Fase Oral, Diare.....
Dengan mengikuti panduan WHO dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada usia 180 hari akhirnya aku memberikan makanan pertamanya pada tanggal 12 Juni 2015. Dia begitu exaited dengan makanan pertamanya, bisa juga dikatakan lahap tanpa GTM. Dia makan dengan lahap, ngASI dengan kuat sehingga terlihat sekali pipinya begitu bulat seperti bakpao. Kebahagian itu kemudian terasa direnggut saat Rafa berusia 6,5 bulan, tiba-tiba dia sakit muntah dan diare sampai akhirnya dehidrasi karena tak ada makanan apapun yang mampu masuk dan bertahan di lambungnya. Dokter memberikan surat jalan untuk opname karena Rafa sudah semakin dehidrasi dan lemas sehingga butuh cairan pengganti yang hanya bisa diberikan melalui selang infus. Melihat bayi sekecil itu ditusuk-tusuk jarum rasanya miris sekali, tidak tega melihat kesakitannya.
Dengan mengikuti panduan WHO dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada usia 180 hari akhirnya aku memberikan makanan pertamanya pada tanggal 12 Juni 2015. Dia begitu exaited dengan makanan pertamanya, bisa juga dikatakan lahap tanpa GTM. Dia makan dengan lahap, ngASI dengan kuat sehingga terlihat sekali pipinya begitu bulat seperti bakpao. Kebahagian itu kemudian terasa direnggut saat Rafa berusia 6,5 bulan, tiba-tiba dia sakit muntah dan diare sampai akhirnya dehidrasi karena tak ada makanan apapun yang mampu masuk dan bertahan di lambungnya. Dokter memberikan surat jalan untuk opname karena Rafa sudah semakin dehidrasi dan lemas sehingga butuh cairan pengganti yang hanya bisa diberikan melalui selang infus. Melihat bayi sekecil itu ditusuk-tusuk jarum rasanya miris sekali, tidak tega melihat kesakitannya.
Diare
yang dideritanya sudah termasuk diare akut karena BABnya sudah mancur
seperti kran air dan dia rewel sepanjang hari, dokter pun memberikan obat penenang agar bisa istirahat
karena sepanjang hari dia selalu menangis kesakitan. Anti Biotikpun
akhirnya diresepkan karena di fasesnya ada sedikit darah dan lendir. Dokter mendiaknosa Rafa Disentri karena bakteri.
Berhari-hari Rafa hanya mengandalkan cairan infus karena setiap dikasih bubur atau disusui selalu muntah. Hingga pada suatu hari saat Dokter visit, Beliau memberi pesan kepadaku "Kurangi dulu pemberian ASInya karena ASI sangat mudah dicerna sehingga membuatnya sering BAB". Entah pernyataan itu benar atau salah, aku dan suami menuruti saja saran dokter, pikirku Beliau lebih tahu dari pada kami.
Berhari-hari Rafa hanya mengandalkan cairan infus karena setiap dikasih bubur atau disusui selalu muntah. Hingga pada suatu hari saat Dokter visit, Beliau memberi pesan kepadaku "Kurangi dulu pemberian ASInya karena ASI sangat mudah dicerna sehingga membuatnya sering BAB". Entah pernyataan itu benar atau salah, aku dan suami menuruti saja saran dokter, pikirku Beliau lebih tahu dari pada kami.
Rafa
anak pintar, dihari ke lima dia tidak mau kehilangan asupan terbaiknya dari ASI
ibunya, dia selalu ingin menyusu. Aku tidak tega melihatnya menangis minta nyusu dan akhirnya aku
turutin saja kemauannya tanpa mengindahkan kata-kata dokter tadi.
Kapanpun dia mau nyusu aku selalu kasih tak lagi membatasinya. Tetapi dihari itu belum juga membaik BABnya belum juga padat. Saat dokter visit
Beliau menyarankan untuk memberikan susu formula yang Low Lactose. Aku
dan suami mengernyitkan dahi sama-sama berpikir Kemaren disuruh
mengurangi asupan ASI eh sekarang malah disarankan memberikan susu
formula. Aku keras kepala dan bersikukuh tidak mengganti ASI dengan susu
LLM. Di Rumah Sakit aku tetap memerah ASI dan memberikannya dalam
keadaan segar tanpa didinginkan atau dibekukan sebelumnya. Saat
Rafa malas menyusu aku memberikan ASI Perah itu.
Pokoknya ASI harus masuk kelambungnya semakin banyak semakin baik menurutku karena dengan ASI itu akan membersihkan virus di usus dan lambungnya. Hari ke enam kondisi Rafa semakin baik, BABnya juga sudah mulai padat. Dia mulai ceria lagi dan akhirnya hari berikutnya diperbolehkan pulang.
Pokoknya ASI harus masuk kelambungnya semakin banyak semakin baik menurutku karena dengan ASI itu akan membersihkan virus di usus dan lambungnya. Hari ke enam kondisi Rafa semakin baik, BABnya juga sudah mulai padat. Dia mulai ceria lagi dan akhirnya hari berikutnya diperbolehkan pulang.
Aku dan suami kemudian berpikir mengira-ira bagaimana rotavirus atau mungkin bakteri bisa masuk ke tubuh kecil Rafa. Mungkinkah karena dia sering memasukkan jari/mainan kemulut ? Mungkinkah gara-gara ASIP yang dia konsumsi kurang steril? Mengingat aku terpaksa pumping di toilet saat kerja. Dengan sangat terpaksa aku akhirnya membuang beberapa botol stok ASIP di freezer karena beranggapan jika ASI yang aku perah di toilet kantor tidak heigenis sehingga membuat Rafa diare. Membuang semua stok ASIP dan kembali lagi dari nol untuk mengumpulkannya.
Harapanku
semoga di UNIVERSITAS SEBELAS MARET dan semua kampus-kampus besar di Indonesia suatu saat dilengkapi dengan
nursing room jadi untuk semua karyawati yang sedang menyusui bisa
memiliki ruang untuk pumping yang bersih dan layak. Mengingat begitu banyaknya pegawai dan civitas akademika adalah seorang ibu. Semoga ini bisa
menjadi perhatian bagi pihak perencana pembangunan gedung perkantoran di
UNS. Amiinnn....
Deman Berdarah
Seminggu setelah pulang dari RS tiba-tiba Rafa mendadak panas tinggi, temperature suhunya lebih dari 38o
C dan itu berlangsung hingga 3 hari. Paracetamol hanya dapat menurunkan panasnya setelah diminum dan kembali panas lagi beberapa saat kemudian. Dihari ke empat semenjak panas, suhu
tubuhnya turun, aku pikir dia sudah sembuh tapi justru dia kelihatan
sangat lemah dan maunya cuma tidur tak mau makan tak mau nyusu bahkan tak mampu beraktivitas. Saat itu
adalah H+2 Hari Raya Idul Fitri tahun 2015, sebagian besar DSA masih
cuti lebaran. Aku dan suami sangat binggung menghadapi kondisi Rafa yang
seperti itu, sementara DSA semua cuti, untungnya suami menyimpan contact DSA Rafa dan
Alhamdulillah Beliau merespon telepon kami.
Lewat
telepon, kami di sarankan untuk cek darah lengkap. Malam-malam kami
kembali ke RS untuk test itu dan rasanya aku langsung lemas saat
melihat hasil lab yang menyatakan jumlah trombosit darahnya dibawah
80.000/mm3. Lagi-lagi Rafa harus opname, capek, sedih, kuwatir rasanya campur aduk.
Rafa menjalani rawat inap sejak malam itu juga. Kami baru tahu ternyata untuk
khasus DBD tidak memerlukan pemberian obat apapun, yang perlu
dilakukan adalah menjaga cairan tubuh agar tidak sampai dehidrasi dan
memberikan asupan makanan bergizi atau jika perlu diberikan vitamin/suplemen makanan.
Baca : Tips Jika Bayi DBD
Seluruh
makanan yang dipercaya dapat mempercepat meningkatkan kadar trombosit
darah aku makan dengan harapan bisa diserap menjadi ASI dan Rafa bisa
mendapatkan kasiatnya memalui ASI. Lagi-lagi aku yakin melalui ASI akan
dapat menawarkan sakitnya. Ada yang menyarankan minum jus jambu merah, aku minum. Ada yang menyarankan minum jamu herbal bernama "Angkak" aku pun juga meminumnya walaupun rasanya sangat tidak enak. Semua itu demi kesembuhan Rafa.
Di
hari ke 5 semenjak panas, Rafa jadi begitu kuat menyusu bahkan
semalaman dia sama sekali tidak mau ditaruh dikasur maunya hanya
dipangkuan ibunya sambil terus disusui. Pasti semua bisa mengerti
bagaimana rasa capenya aku yang semalaman tidak bisa tidur sedikitpun
karena si anak yang nempel terus. Pegal semua rasanya badan ini tapi aku
tak pernah mengeluh, mendekapnya dan merasakan degup jantung dan irama
nafas Rafa dipangkuanku bisa memberikan ketenangan sendiri padaku. Itu adalah pertanda dia masih bertahan melawan sakitnya dan yakin akan segera sembuh
seperti sedia kala.
Paginya
petugas lab kembali datang untuk mengambil sampel darah. Kira-kira
pukul 11.00 siang hasil lab sudah jadi dan hasilnya sangat mengejutkan karena
trombositnya melejit naik menjadi diatas 100.000/mm3 dari 40.000/mm3.
Aku langsung berpikir pasti ini karena Rafa minta ASI semalaman. Rasa
syukur kembali terucap tak henti-hentinya. Setelah kembali ke keadaan
normal akhirnya kami diperbolehkan membawa Rafa pulang. Total lama menginap di RS adalah 5 hari.
Semanjak
itu aku selalu mensugesti diri bahwa ASIku akan memberikan imunitas
yang kuat kepada Rafa. Aku berjanji akan menuntaskan kewajibanku untuk
memberikan ASI sampai 2 tahun dan akan menyapihnya dengan cinta saat
waktunya tiba.
* * *
Semoga dibulan Agustus sebagai Pekan ASI Dunia ini bisa menjadi media sosialisasi besar kepada seluruh ibu di dunia untuk
memberikan hak terpenting kepada buah hatinya untuk mendapatkan ASI. Mencetak generasi bangsa yang sehat, cerdas dan bisa membawa revolusi yang lebih baik.
Aminnn...........
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Tulisannya bagus *jempol
ReplyDeleteTerimakasih Ayah ASI
DeleteAku juga gagal ASI eksklusif Mbak, ASInya baru keluar 2 hari setelah anak aku lahir, tapi mau sih ngASI
ReplyDeletemasalahnya, ASI ku kurang dan Juna cuma nyusu payudara sebelah kiri ajah... ya dia akhirnya minum ASI plus sufor
Tetep semangatttt :)
yg penting kita tetap usaha mb :) ASI kan rejeki masing-masing jadi tiap ibu satu sama lainnya tidak bisa disamakan ya mb, pokoknya kita tetap semangat
Deletepadahal menurut buku yg pernah saya baca, lambung bayi baru lahir itu keciiil banget, tapi di tempat bidan sudah diberi sufor 30 ml per 2 jam? seharusnya memang tempat atau klinik bersalin memberikan edukasi pada ibu baru ya...
ReplyDeleteBener mbak new born kan lambungnya baru sebesar kelereng.. itulah penyesalanku kenapa gak membekali diri tentang pengetahuan ASI jauh-jauh hari dan memilih tempat bersalin yang pro ASI
DeleteSemoga tulisan ini dibaca oleh penguasa ya mba... banyak tenaga kesehatan yang justru menyarankan susu formula bahkan kasus mba sampai dibuatkan... serta ruang publik malah kurang fasilitas pendukung untuk para ibu menyusui... huff.. semoga sehat selalu ya Rafa dan menjadi kebanggaan papa dan mamanya....
ReplyDeleteTerimakasih mbak ira akhirnya tulisan ini bisa masuk daftar pemenang. Semoga bisa menginspirasi banyak orang
DeleteMba waktu ditulis kena DB Uti langsung mules jadi kebayang buah hati saya yang berpulang ke pangkuan Allah karena DB.
ReplyDeleteSelamat ya akhirnya tulisan ini bisa menang lomb
Iya uti aku jg sangat kuwatir waktu itu ti :(
DeleteTerimakasih ucapannya dan semoga tulisan ini bisa menginspirasi ibu-ibu diluar sana agar terus mengaASIhi :)