Monday 17 September 2018

Tercium Bau Tidak Sedap (Busuk) dari Hidung Anak. Inilah Salah Satu Penyebabnya!

September 17, 2018 0
Assalamualaikum Wr. Wb.

Tercium bau tidak sedap (busuk) dari hidung anak. Inilah salah satu penyebabnya! Sebelumnya aku tanya dulu ya, bu ibu yang punya anak dua atau lebih sering baper gak sih? karena aku lagi berada pada fase emosi tidak jelas seperti itu. Sering sekali sedih saat lihat kakak tiba-tiba nyeletuk dengan kata-kata innocence ala-ala balita. Misalnya nih ya si kakak tiba-tiba bilang "Itu lo buk adek nangis, ibuk kesana aja gak usah deket aku". Sontak deh hati ini jadi berdesir perih. Tapi itu masih belum seberapa sih dibandingin saat melihat salah satu dari mereka tergolek lemas karena sedang sakit. Pengen rasanya menyumpahi diri sendiri karena gak becus merawat anak. Jadi merasa gagal menjadi ibu. 


Ehhh, kok jadi malah curhat gak jelas gini sih. Sebenarnya kali ini aku pengen cerita tentang pengalaman menghadapi kakak yang tau-tau mengelurkan bau gak sedap (busuk) dari lubang hidung sebelah kirinya. Awalnya aku gak tau kalau bau itu dari hidungnya. Malahan aku kira dari bau mulutnya karena memang giginya udah bener-bener rusak karena karies dan kadang susah sekali kalau diminta gosok gigi (Ini juga alasan kesekian yang membuatku merasa gagal jadi ibu 😓). 

Sudah lebih dari dua minggu, aku perhatikan hidung Rafa meler kayak pileken gitu. Ah aku pikir juga cuma common cold biasa, maklumlah interaksi dia di daycare kan dengan banyak anak. Hingga pada suatu hari di hari Sabtu, suami bilang "Buk kok liur Rafa bau busuk ya?". Aku masih merespon biasa sih, aku minta aja suami membasuh muka dan menggosok gigi anaknya. Well, bau itu hilang setelah dibersihkan tetapi beberapa saat kemudian bau itu muncul lagi. Dua harinan aku galau mikir ada apa dengan anak itu. Pikiran macem-macem mulai menyelimuti, jangan-jangan dia sinusitis atau ada penyakit berbahaya lainnya. Mulai deh cari-cari gimana gejala sinus pada anak. Di internet dikatakan bahwa salah satu gejalanya adalah pusing saat menunduk. Seluruh tanda-tanda atau gejala yang dijelaskan dalam internet itu aku tanyakan kepada Rafa. Katanya dia gak merasakan sakit apa-apa. 

Karena Rafa gak ngerasain sakit apa-apa, aku cari kemungkinan-kemungkinan lain. Jangan-jangan ada benda asing yang bersarang di lubang hidungnya. Aku tanyakan apakah pernah memasukkan sesuatu ke hidung atau tidak, dan jawabannya TIDAK sodara- sodara. Haduhh kenapa nih anak. Makin merasa gak becus mengurus anak. 

Setelah diskusi dengan suami akhirnya kami sepakat untuk membawanya langsung ke Dokter THT. Minggu malam selepas Magrib kami pergi ke RS Hermina Solo untuk menemui dokter spesialis THT yaitu Dr. Bayu Aristanto Kurniawan, SPTHT. Saat aku menceritakan seluruh keluhan, Beliau langsung menebak kalau ada benda asing di dalamnya. Saat diperiksa, benar saja ada ujung bulpen warna biru disana. Sayangnya gak sempet mengabadikan fotonya karena aku keburu panik dan sambil gendong si adek saat dokter mengelurkan benda itu. Mengelurkannya gak ada lima menit juga sih, dokter Bayu hanya memakai alat pengait yang bentuknya kayak supit gitu karena kebetulan bendanya benda yang gak lunak. Kalau benda lunak bakalan disedot.  

Kenapa sampai mengelurkan bau tidak sedap ? Hal ini terjadi karena benda asing tersebut bisa memanifestasikan diri dengan bau mulut kemudian keluar melewati hidung. Kemudian terkadang juga bisa menyebabkan hidung mengeluarkan cairan aneh akibat benda asing tersebut.

Ah lega banget rasanya, akhirnya penyebab bau busuk itu bukan penyakit. Walaupun dibilang tidak berbahaya namun dokter tetap memberikan antibiotik kepada Rafa.  Kasus Rafa ini memang tidak  berbahaya tetapi jika dibiarkan lebih lama tentu saja akan menimbulkan infeksi atau peradangan yang pada akhirnya bisa memicu penyakit serius. 

Bu ibu yang punya anak balita dan dalam fase ingin tau yang tinggi seperti Rafa perlu hati-hati dalam mengawasinya. Sering-sering mengajak anak untuk menceritakan aktivitasnya baik di sekolah ataupun di rumah. Sehingga kita bisa mengorek informasi dan segera menemukan jawaban jika ada yang janggal. 

Ini jadi pengalaman berharga banget buatku. Selama ini aku jarang sekali ngobrol berdua saling cerita bareng kakak karena memang kesibukan yang terkadang menyita waktuku. Ternyata menjadi iu tidak mudah ya bu ibu. Semoga tidak ada lagi kejadian-kejadian seperti ini lagi. Amiinn

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Wednesday 5 September 2018

Pentingnya 1000 Hari Kehidupan untuk Tumbuh Kembang Anak

September 05, 2018 0
Assalamualaikum Wr. Wb.



Seribu hari yang dimaksud disini adalah kurang lebih masa 270 hari selama didalam kandungan dan 730 hari sisanya adalah masa 2 tahun pertama pasca lahir atau biasanya disingkat BADUTA alias bawah dua tahun.

Kenapa SHPK menjadi penting? Karena masa-masa tersebut adalah masa-masa terpesat dalam pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ dan sistem tubuh manusia.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa di dalam kandungan memerlukan asupan gizi dari ibu, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu. Bila pasokan gizi dari ibu ke janin kurang, janin akan melakukan penyesuaian, karena janin bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.

Kemudian setelah lahir dan menjadi bayi, sifat plastisnya masih terbawa hingga ke alam dunia. Kita tahu bayi adalah makhluk yang paling cepat belajar dan menyesuaikan diri. Jika dalam masa 2 tahun awal asupan gizinya kurang maka tubuhnya lah yang akan beradaptasi dengan lingkungannya.

Sayangnya dalam masa SHPK jika terjadi malnutrisi atau kekurangan zat gizi maka efeknya akan bersifat permanen. artinya bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati kurun seribu pertama kehidupan,tingkat keberhasilan perbaikannya relatif lebih kecil, sebaliknya bila dilakukan pada masa SHPK terutama saat didalam kandungan, maka efek perbaikannya lebih bermakna.
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang.

Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, mempunyai tiga resiko:
  1. Resiko terjadinya penyakit tidak menular/degeneratif, tergantung organ yang terkena dampaknya. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal, bila pancreas maka akan beresiko penyakit diabetes tipe 2, bila jantung akan beresiko menderita penyakit jantung, dst;
  2. Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif; dan
  3. Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting.
Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya.

Stunting itu sendiri sebenarnya adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang bisa disebabkan karena :
1. Faktor nutrisi yang tidak memenuhi kebutuhan
2. Faktor berat badan lahir rendah
3. Faktor penyakit infeksi berulang
4. Faktor stimulasi dan pengasuhan anak yang kurang tepat (Wamani et al.,2007)*

Pembahasan kali ini saya batasi untuk penyebab yang pertama dulu ya biar tulisannya nggak kepanjangan dan bikin ngantuk.

Sebenarnya, Kementerian Kesehatan RI senantiasa mengeluarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dievaluasi dan direvisi dalam kurun waktu tertentu. Dalam tabel AKG tersebut kita bisa melihat berapa besar kebutuhan zat gizi mulai dari bayi sampai lansia, bahkan ada pembagiannya per rentang usia dan jenis kelamin.

Dengan memperhatikan besaran nilai AKG tersebut kita bisa saja mencegah terjadinya kekurangan gizi kronis pada anak-anak Indonesia yang mengakibatkan meningkatnya angka kejadian stunting. Juga bisa meminimalisir keluhan :

"Kenapa ya anakku kok berat badannya naiknya irit banget?" (Lha ya wong standar kebutuhannya aja nggak terpenuhi gimana mau naik beratnya? Energinya udah keburu habis untuk dipakai sama kebutuhan dasar tubuh melakukan metabolisme)

"Kenapa sih kok anakku ga doyan makan?" (Penyebab anak nggak mau makan ini macem macem sih ya? Ada karena faktor lingkungan seperti perubahan yang mendadak, tekanan dari ortu untuk makan padahal nggak berselera juga bisa karena faktor penyakit, misalnya tanpa disadari anak mengalami anemia).

Pada umumnya untuk dewasa nilai AKG yang diperlukan ada di kisaran 2000 kalori, sedangkan untuk bayi 0-6 bulan dimulai dari kisaran angka 550 kalori yang cukup dipenuhi dengan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun.

Untuk balita nilai AKG yang diperlukan ada di kisaran angka 1125 bagi anak usia 1-3 tahun hingga 1600 bagi anak usia 4-6 tahun. Naaah, dari AKG tersebut kita bisa menghitung kebutuhan energinya berapa, proteinnya berapa, lemaknya berapa dan karbohidratnya berapa. Kalau kita perhatikan tabel AKG bahkan kita bisa menemukan rekomendasi untuk mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

Yaelah mbak, mosok mau ngasih makan aja pusing amat sih? Kerjaan rumah udah banyak nih. Rempong bener yang penting kan mamak happy, tetep waras dan anak juga nggak stres gitu dikejar kejar buat makan. Mosok masih juga harus nimbang nimbang ini anak mesti dikasih makan berapa banyak.

Aih saya mah setuju mak....
Kita sebagai ibu alias caregiver buah hati kita wajib 'ain lah ya tetap waras, bebas stress serta bahagia lahir batin dalam mendidik anak. Oleh karena itu segala macam itungan njlimet tadi nggak perlu kok diitung sendiri, karena di Indonesia ini udah buanyaaaaaaak banget tenaga ahli yang sudah terbiasa ngitung ngitung bahkan hingga memberikan rekomendasi berapa banyaknya porsi makanan yang perlu diasup. Mereka bahkan sudah ditempatkan di berbagai pusat kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia.

Tapi mbak dietisien yang bawel, itu hasil rekomendasi diet anak kok ya semacam besar banget porsinya, lha ini bocil aja susah banget suruh mangap ntar mamake stres nih mikirin anaknya nggak habis segitu banyak?

Nah,trik mensiasatinya adalah dengan pakai porsi kecil tapi sering...

Seberapa sering? Silakan sesuaikan dengan kondisi masing masing ya.

Oleh : Pramitha Sari, S.Gz, Dietisien, M.H.Kes

Resume kulwap bisa download Disini 



Waalaikumsalam Wr. Wb.

Monday 3 September 2018

MPASI Perdana, Baiknya Menu Tunggal Dulu atau Langsung 4 Bintang ?

September 03, 2018 7
Assalamualaikum Wr. Wb.
The chief pleasure in eating does not consist in costly seasoning, or exquisite flavor, but in yourself. — Horace

Fiuhhh, kenapa beberapa hari terakhir ini rasanya kayak dikejar-kejar waktu gini sih hidupku. Pagi-pagi kudu bangun buat pumping (because no more skip the shcedule again) lanjut nyiapin MPASI dedek Arka, nyiapin Mas Rafa berangkat sekolah, berangkat kerja, pumping lagi, jemput sekolah, sampai dirumah nyiapin MPASI dan makan malam. Begitu terus rutinitas harian yang kadang bikin penat. Huhhh mamak butuh piknik ! wkwkwkwk


Ya, setelah Arka sudah mulai MPASI artinya tugasku bertambah yaitu menyiapkan menu yang padat gizi sesuai dengan anjuran IDAI dan WHO. Cerita dikit ya tentang kegalauku sebelum hari H MPASI itu datang. Walaupun ini anak kedua tetep saja bingung mau dikasih makan apa untuk MPASI pertama. Cari info di internet ternyata banyak sekali muncul artikel yang berbeda-beda ada yang menyarankan untuk memberikan buah dan sayur di bulan pertama MPASI, ada lagi yang bilang langsung mengenalkan protein tetapi tunggal dulu dan ada lagi yang menyarankan langsung menu 4 bintang (Karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur) dan buah. Tanya di komunitas emak-emakpun jawabannya juga macam-macam. Hufft makin pusing deh.

Saat makin dekat waktunya, aku memberanikan diri mengirim pesan whatsaap ke beberapa dokter spesialis anak di Solo. Kebetulan punya database dokter spesialis anak di wilayah Solo yang pernah dihimpun oleh emak-emak komunitasku.  Yang butuh kontaknya bisa japri aku wkwkwkwk #sombong. DSA 1 jawabnya untuk awal MPASI kenalkan dulu single food (menu tunggal) sehari sekali. DSA 2 jawabnya langsung sehari 3 kali dengan menu tunggal bervariasi (misalnya pagi bubur nasi putih, siang brokoli, sore hati ayam) selama 2 minggu baru setelah itu bisa dicampur jadi 4 bintang. DSA 3 malah balasnya pakai url artikel yang ada di internet. Tentu saja bikin aku makin galau, kenapa semua DSA gak ada yang sama dengan apa yang aku pikirkan. Aku maunya langsung 4 bintang yang padat gizi, masalah frekuensi itu bisa disesuaikan kondisi bayi.

Baca juga : Olababy Feeding Spoon for Arka's Preparation MPASI

Dah mendekati hari H tapi belum menemukan pencerahan! Kasih instan aja kali ya yang gampang tinggal seduh wkwkwkwkwk #devillaugh. MPASI yang difortifikasi kan juga baik bahkan ada beberapa dokter spesialis anak yang merekomendasikan dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah bisa menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan zat besi. MPASI fortifikasi juga diproduksi sesuai aturan dan diawasi oleh WHO dalam pembuatannya kok. Tuh kan kan kan kan....

Keputusan terakhir akhirnya aku manut sama DSA 4 wkwkwkwk (tambah lagi ni dokter yang diajak konsultasi). Yes, kebetulan 4 hari sebelum waktunya MPASI adalah jadwal vaksin DPT3 dan IPV Arka, kesempatan banget nih sekalian konsultasi. Apesnya udah inden merek Imovax (lebih murah dari Infanrix Hexa) sebulan sebelumnya masih aja belum ready. Ya udahlah buat anak berapapun akhirnya ditebus tuh si Infanrix Hexa di RS Hermina Solo dengan DSA dr. Cahalafa Shinta Caesar, M. Sc., Sp. A.

Habis dienjus vaksin sekalian konsultasi tentang menu MPASI.  Kalau versinya dr. Cahalafa ada dua pilihan, tinggal si ibu mantap yang mana. Pilihan pertama sama persis kayak opsinya DSA 2 terus pilihan kedua adalah langsung menu 4 bintang sehari 2 kali dan selingan snack sekali. Komposisi menunya disamakan selama 2 hari untuk mengevaluasi apakah ada alergi atau tidak.

Clink clink... akhirnya aku jatuh cinta sama DSA yang ini, bisa banget ya kasih pilihan sesuai dengan ekspektasiku.

Kepengen juga sih pake metode BLW (Baby Led Weaning) yang mana bayi diberikan kesempatan mengatur apa dan seberapa makanan yang akan dia makan. Udah ikut komunitas Cerita BLW dan sempat sharing disana tapi aku kembali memutar arus. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku kembali pada keyakinan untuk mengikuti metode WHO karena menurutku lebih jelas seberapa nutrisi yang masuk dan tentunya tetap responsive feeding dengan sekali-sekali memberikan kesempatan bayi menyuap sendiri.

Baca juga : Tentang Metode MPASI Anak, Pilih Manakah BLW atau Spoon Feeding ?

Okey kembali lagi ke pilihan menu tunggal atau 4 bintang. Well, setelah melalui perang batin berhari-hari akhirnya aku mantap untuk langsung memberikan menu 4 bintang ditambah dengan lemak tambahan. Apa itu dan macam-macam lemak tambahan insyallah akan aku tulis dalam blogpost berikutnya.

Mengapa memilih langsung memberikan makan menu 4 bintang?

Menu Tunggal

Menu tunggal dalam MPASI adalah menu yang berasal dari satu jenis bahan makanan saja, misalnya bubur beras putih, pure daging, pure buah mangga, pure tempe, pure bayam dan seterusnya. Pemberian menu tunggal mempunyai kelebihan antara lain : 
  1. Pengenalan rasa maupun tekstur tiap jenis makanan. Pengenalan dengan menu tunggal ini bisa dilaksanakan maksimal 14 hari, jadi boleh kurang dari 2 minggu tetapi kalau lebih dari 14 hari jangan ya karena bisa berpotensi mengakibatkan malnutrisi.
  2. Mendeteksi bahan makanan yang beresiko alergi. Hal ini penting dilaksanakan bagi keluarga yang memiliki riwayat alergi. Alergi bisa berupa gatal/ruam, diare/sembelit, muntah, bahkan sesak nafas. Menu tunggal dapat menjadi solusi untuk mengantisipasi hal tersebut.
  3. Meminimalisir GTM karena mpasi bubur yang dicampur-campur dapat memnbuat bayi kaget karena tanpa pengenalan. Kaget tersebut dapat berujung menjadi  GTM yang malah jadi persoalan jangka panjang.
  4. Meminimalisir keluhan yang sering muncul pada awal MPASI seperti diare/sembelit/muntah dan lain sebagainya.
  5. Mempermudah ibu dalam mendeteksi makanan penyebab keluhan yang muncul. 

Dari berbagai kelebihan diatas tentunya pasti ada kekurangan yang perlu dimengerti oleh ibu. Menu tunggal itu dikatakan berbahaya jika :
  1. Jika diberikan lebih dari 14 hari karena akan mengakibatkan malnutrisi
  2. Jika menunda pemberian protein hewani selama 14 hari menu tunggal tersebut karena bahan tersebut sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang tidak lagi dapat terpenuhi sepenuhnya dari ASI.
  3. Jika pemberian menu tunggal teksturnya terlalu encer atau cair karena kalorinya menjadi sedikit.
Menu 4 Bintang

Menurut WHO, pada umur 180 hari atau 6 bulan sistem pencernaan bayi termasuk pancreas telah berkembang dengan baik sehingga bayi telah mampu mengolah, mencerna serta menyerap berbagai jenis/varietas bahan makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Jadi berikan aneka ragam bahan makanan bergizi kualitas 4 bintang yang tentunya mudah dijangkau sesuai kearifan lokal.

Disebut menu 4 bintang karna terdiri dari 4 komposisi dalam 1 porsi makan yaitu :

Protein Hewani.
Adalah sumber protein yang berasal dari hewani seperti daging ayam daging sapi, daging kambing, hati ayam, hati sapi, telur ayam, telur puyuh, semua jenis ikan, udang, kepiting, cumi-cumi dan lain sebagainya. 

Protein Nabati
Yang termasuk dalam protein nabati  adalah dari jenis kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, kacang panjang, tahu tempe, edamame, jamur dan lain sebagainya.

Karbohidrat
Karbohidrat adalah Sumber energi utama tubuh. merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan yang tersusun dari unsur Carbon (C), Hidrogen(H), dan oksigen (O).  Sumber karbohidrat tersebut antara lain beras merah, beras putih, kentang, jagung, pumpkin/labu, ubi, ketela dan lain sebagainya.

Sayuran
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur.

***

Pemberian menu tunggal bertujuan untuk menseleksi bahan-bahan makanan yang menimbulkan alergi pada bayi. Biasaya bayi dengan riwayat keturunan alergi lebih baik memulai MPASI dengan menu tunggal. Nah, alasan kenapa aku langsung memberikan menu 4 bintang karena Alhamdulillah di keluargaku tidak riwayat alergi.  Sehingga pilihan itu aku ambil untuk mencegah malnutrisi dan mempercepat pertumbuhan berat badan guna memgejar ketinggalan akibat Arka menderita pneumonia waktu itu.Menu 4 bintang tentu saja tinggi kalori sehingga sangat baik untuk mengoptimalkan pertumbuhan bayi sejak dini. Jika tidak ada tanda-tanda alergi lebih baik langsung dikenalkan menu tersebut.

Baca juga : 5 Cara Praktis Menyiapkan MPASI Sehat Bagi Ibu Bekerja

Nah, itulah bu ibu pengalamanku dalam menentukan pilihan metode MPASI untuk Arka. Semoga bisa membantu ibu-ibu yang juga sedang kebingungan sepertiku.

Waalaikumsalam Wr. Wb.