Thursday 7 September 2017

Aku Harus Belajar Menjadi Ibu yang Lebih Sabar Lagi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Menjadi orang tua khususnya seorang ibu adalah sebuah tantangan besar karena disitu kita akan melalui banyak hal yang terkadang tidak terduga. Menjadi orang tua adalah sebuah proses belajar sampai akhir hayat. Modal utama dalam proses tersebut adalah 'kesabaran'. Meskipun sangat bahagia melihat perkembangan buah hati namun tidak jarang jika tingkah polahnya juga sering membuat ibu naik darah. 

Setiap anak akan melalui fase-fase perkembangan yang wajib didampingi orang tua. Disini aku akan sedikit cerita (red : curhat) tentang fase perkembangan Rafa mendekati usianya 3 tahun. Diusianya sekarang, dia telah banyak mengalami perkembangan yang cukup membanggakan meskipun terkadang ada saja tingkahnya yang membuat kami sebagai orang tua harus lebih banyak belajar bersabar lagi.


Kemampuan Motorik

Memasuki usianya yang hampir 3 tahun, Rafa sudah mulai banyak belajar hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan motorik baik motorik halus maupun kasar. Hal-hal sederhana yang selama ini cukup aku apresiasi antara lain adalah :

1. Belajar Memakai Baju Sendiri

Sebagai seorang ibu, tentunya aku selalu menginginkan Rafa berkembang baik sesuai dengan tahapan perkembangan dan usianya, salah satu aktivitas sederhana yang aku latih adalah belajar memakai baju sendiri. Realitanya adalah masih sangat jauh untuk dikatakan sempurna terhadap kemampuan ini. Dia masih kesulitan untuk melakukannya dan bahkan terlihat seperti ogah-ogahan untuk mencoba. Sehabis mandi dia masih suka berlama-lama tanpa pakaian dan kadang sulitnya minta ampun untuk dipakaikannya. Selalu banyak alasan yang dia ajukan untuk menunda memakai baju. Ternyata mengajari anak hal baik itu bukanlah perkara mudah, aku harus lebih banyak bersabar dan belajar lagi agar dapat mengambil hatinya.

Selama ini aku selalu menghertaknya jika tidak segera melakukan apa yang aku minta. Ini adalah kesalahan yang cukup fatal karena Rafa justru semakin bertingkah yang akhirnya memakan waktu lebih lama lagi hanya untuk aktivitas sederhana ini. Mulai sekarang aku mencoba untuk lebih menahan diri, mencoba mengajaknya dengan lebih halus, misalnya mengajaknya memilih sendiri baju yang akan dipakainya kemudian diikuti dengan memberikan contoh. Ya, bahkan aku juga harus lebih cepat berganti pakaian agar dia segera menirukan apa yang aku lakukan.

2. Belajar Makan Sendiri

Inilah kemampuan motorik halus yang sedari dulu selalu gagal untuk dilakukan. Bukan berarti Rafa tidak bisa makan sendiri, sebenarnya  dia sudah lihai menggunakan peralatan makan dan menyuapkan ke mulutnya tapi masalahnya adalah nafsu makan yang sangat kurang jadi mungkin yang dia makan tidak ada separuh dari porsi yang disiapkan. Dari dulu Rafa adalah tipe anak yang susah makan dan sering sekali melakukan aksi GTM. Dia juga bukan anak yang betah berlama-lama duduk dan fokus pada satu hal. Makanpun terkadang harus sambil main atau lihat video atau aktifitas bermain lainnya sehingga dengan terpaksa akupun harus menyuapinya agar kuantitas makanan yang masuk ke perutnya sesuai dengan kebutuhan energinya.

Selama ini aku sering memaksanya menghabiskan porsi makan yang kusiapkan dengan berbagai ancaman bahkan parahnya aku pernah menumpahkan makanan itu didepan Rafa karena sudah benar-benar emosi dia seharian tidak mau makan meskipun sudah berbagai cara dilakukan. Aku sangat menyesal melakukan ini, tapi untungnya dia tidak trauma. Sekarang sedikit demi sedikit aku memperbaiki diri dan lebih bersabar lagi melatihnya makan, mencoba untuk tidak memaksanya lagi menghabiskan porsi yang aku siapkan. Belajar membuat proses makan lebih menyenangkan salah satunya dengan memasang wajah happy meskipun terkadang dia melepeh apa yang sudah masuk kemulutnya. Belajar membatasi waktu makan agar tidak lebih dari setengah jam. Belajar tidak berkata kasar lagi padanya saat dia menampik sendok makan yang aku sodorkan padanya. Ya, aku harus banyak bersabar lagi.

Well, pada akhirnya semua hal yang diawali dengan kebaikan itu tidak akan memungkiri hasilnya. Beberapa waktu terakhir ini Rafa sudah lebih tertib table manner. Ya, dia sudah tidak lagi makan sambil berkejar-kejaran, dia sudah bisa makan sambil duduk walaupun terkadang masih diikuti dengan memainkan mobil-mobilan kecil miliknya atau melihat video lagu-lagu anak. Ketertarikannya terhadap makan juga membaik, nyatanya dia sudah mulai menghabiskan sepiring nasi sayur plus lauknya yang aku siapkan serta dapat menghabiskannya maksimal setengah jam.

3. Membantu Pekerjaan Rumah

Memang dasarnya Rafa anak yang aktif dan suka melakukan banyak hal jadi dia selalu tertarik untuk menirukan ayah atau ibunya saat mengerjakan pekerjaan rumah. Sering sekali dia buru-buru mengambil sapu saat melihat ayah atau ibunya membersihkan lantai, juga sering sekali membantu meletakkan pakaian kotornya di keranjang kotor atau ke dalam mesin cuci. Dalam kemampuan ini aku menilainya Rafa cukup cerdas meskipun masih saja ada hal yang membuatku teriak-teriak untuk menghentikannya. Dia sering sekali ikut-ikutan mencuci piring kotor dan berakhir dengan bermain busa sabun dan air. Ini sungguh menyebalkan karena lantai kemudian akan licin dan berbahaya, bajunya juga akan basah kuyup. Hal ini tentunya semakin menambah daftar pekerjaan ayah atau ibunya.


Yay, ini kemampuan yang sangat aku banggakan karena Rafa tak lagi memakai diapers, tak lagi pipis dicelana dan selalu bilang mau pipis atau eek saat dia merasa akan buang air. 


Pada tahapan ini ada satu kesalahan yang aku lakukan, aku pernah mengajarkannya bahwa siapapun jangan diperbolehkan melihat dan memegang kemaluan atau pantatnya. Hasilnya? Rafa sering ngompol saat diasuh sama 'mbak'nya, bahkan baru kemaren dapet info kalau dia juga pup di celana saat di sekolah karena tidak mau buang air dengan orang lain kecuali ayah atau ibunya. Huhf, aku harus merubah instruksi dan pemahaman kepadanya lagi. Tetep semangat !

Kemampuan Sosial

Ini PR berat bagiku, agar Rafa lebih baik lagi perkembangan sosialnya. Ternyata dia masih 'Jago Kandang', maksudnya saat dirumah dia banyak sekali bicaranya, mau bersalaman degan orang-orang yang ada dirumah, mau melakukan aktivitas bermain bersama saat ada sepupu yang main kerumah dan banyak hal lain yang dia lakukan. Sedangkan saat di luar rumah dia cenderung individual dan belum mampu sharing mainan dengan teman lainnya, dia belum tertarik melakukan aktivitas berkelompok, disekolahpun kadang dia masih sering main sendiri dan tidak mau mengikuti kegiatan sentra. Ini mungkin genetik ibunya kali ya, karena pada dasarnya aku juga lebih senang melakukan aktivitas sendirian. Tetapi bagaimanapun aku harus terus belajar mengembangkan kemampuan sosial Rafa.

Baca juga : Mengembangkan Kemampuan Bersosialisasi Anak 2 Tahun, Mulailah dengan Memperbaiki Pola Pengasuhan

Kemampuan Emosi

Salah satu aspek terpenting dalam perkembangan anak adalah mengontrol emosi. Ini juga menjadi PR berat bagi kami karena Rafa saat ini sedang berada pada fase tantrum. Inilah fase paling menguras tenaga dan emosi orang tua. Rafa gampang sekali nangis saat apa yang diinginkan tidak dituruti, sering sekali membalikan omongan orang tua dan menjadi pemarah tanpa sebab. Ini terkadang yang membuat aku gila dan ingin ikut-ikutan marah atau bahkan menyubitnya. Ya, aku pernah melakukan semua kesalahan itu, namun aku harus mulai menahan diri dan belajar lagi tentang sebuah kesabaran dalam mengasuh dan mendidik anak. Beberapa hal yang aku pelajari dari materi hypnoparenthing dan kucoba untuk  diterapkan adalah sebagai berikut :
  1. Tarik nafas dalam-dalam saat anak bertingkah dan mencoba memilah kata yang tepat sebelum berbicara kemudian menyampaikannya dengan lebih lembut,
  2. Peluk dan cium anak saat dia tantrum dan menangis, mencoba memberikan kasih sayang dan memberikan pemahaman bahwa semua adalah untuk kebaikannya. Memeluk dan mencium anak sambil membujuknya pelan-pelan ternyata sangat manjur aku terapkan pada Rafa. Subhanallah sekali,
  3. Diam, istigfar dan meninggalkannya sejenak juga aku lakukan saat pelukan dan ciuman tak lagi mempan diterapkan atau saat aku terpancing untuk ikut emosi. Aku mencoba menenangkan diri dengan meninggalkannya bersama ayahnya atau bahkan meninggalkannya sendiri,
  4. Bersyukur. Anak adalah anugrah yang  terpenting dalam kehidupan berumah tangga karena tidak semua pasangan dikarunia anak. Bersyukur bahwa anak yang aktif adalah anak sehat dan cerdas kemampuan verbalnya (red : sering melawan omongan orang tua)  karena diluar sana banyak sekali anak yang mengalami banyak ketertinggalan perkembangan,
  5. Masa mengasuh anak balita tidak akan terulang. Pasti suatu saat kita akan merindukan masa-masa mengasuh anak balita seperti saat ini. Suatu saat mereka akan terasa jauh dengan kita. 
Inti dari semuanya adalah aku harus belajar menjadi ibu yang lebih sabar lagi dalam mengasuh dan mendidik anak. Menjadi ibu yang selalu dirindukan dan diharapkan kehadirannya oleh anak-anaknya.

Ibu-ibu pembaca apakah kalian yang memiliki anak balita juga memiliki cerita serupa ? Yuks boleh di share di kolom komentar dan kita diskusi tentang perkembangan anak serta pola asuh yang tepat.

Waalaikumsalam Wr. Wb.


4 comments:

  1. menahan emosi dan punya stok sabar yang banyak...
    beraat hahaha...
    tp begitulah indahnya punya krucils ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak semua tidak akan pernah terulang. Pasti suatu saat bikin kangen

      Delete
  2. semangt untk sllu sabar mbk. semoga Allah sllu membalas kbaikan pra ibu. amin.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)