Wednesday 20 September 2017

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Mengajak Anak ke Kantor

Assalamualaikum Wr. Wb.



Membawa anak ke kantor menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh sebagian besar ibu bekerja dijaman yang semakin mengedepankan emansipasi wanita seperti saat ini. Banyak alasan yang mendasari seorang ibu bekerja harus membawa buah hatinya ke kantor. Ada yang disebabkan karena anak tidak ada yang mengasuh karena si 'mbak' tiba-tiba minta resign, ada juga yang disebabkan karena anak masih dalam masa ASI Eksklusif sehingga si ibu ingin selalu berdekatan dengan bayinya agar bisa menyusui sertiap saat dan berbagai alasan lainnya. 


Membawa anak ke kantor bukanlah sebuah pelanggaran karena memang tidak ada peraturan yang menyebutkan bahwa tenaga kerja wanita tidak diperbolehkan membawa anak ke kantor. Namun hal itu bukanlah perkara mudah yang bisa dianggap sepele karena membawa anak ke kantor tidak hanya melibatkan hubungan anak dan orang tua tetapi juga karyawan dan pimpinan. Ada baiknya jika hal tersebut didiskusikan terlebih kepada pimpinan dan memastikan mendapat ijin serta tidak menggangu produktivitas kerja.

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Mengajak Anak ke Kantor

Sebagai seorang ibu bekerja, aku sering sekali mengajak anak ke kantor, bahkan pernah sampai seminggu full aku lakukan. Menurutku hal itu sah-sah saja tetapi jika diminta memilih tentu saja aku lebih memilih untuk tidak mengajak anak. Alasannya jelas karena dengan mengajak anak akan sangat mengurangi produktivitasku dalam bekerja. Rafa, anak pertamaku yang aku ajak ke kantor ini adalah tipe anak yang super aktif dan lebih menyukai aktivitas outdoor. Dia juga bukan tipe anak yang sanggup berdiam di ruangan tanpa melakukan aktivitas gerak apapun jadi saat diajak ke kantor akan cenderung cranky dan mudah bosan. Hal itu tentu saja akan menggangu produktivitasku karena dengan terpaksa aku harus menunda pekerjaan saat anak mulai bosan duduk di kantor. Rafa juga belum terlalu mendiri dalam banyak hal, meskipun sudah dibawakan mainan kesukaannya ataupun laptop dan diputarkan video kartun dia tetap tidak bisa ditinggal beranjak dan selalu minta ditemani. Ya, Rafa selalu menanyakan maksud dari setiap dialog yang dia dengar saat melihat video.

Back to the point ya nanti malah kepanjangan ceritain karakter Rafa. Jika dengan terpaksa seorang ibu harus mengajak anak ke kantor mungkin beberapa hal ini harus diperhatikan :

1. Ijin Dari Atasan dan Tanggapan Rekan Kerja

Tidak semua orang atau pimpinan menyukai karakter dan kehadiran anak-anak, bisa jadi mereka akan merasa terganggu. Maka sebelum memutuskan untuk mengajak anak ke kantor alangkah baiknya jika ibu menyampaiakan maksud dan alasannya kepada atasan secara jujur dan logis sehingga atasan akan mempertimbangkan dengan baik untuk memberikan ijin.  Tidak semua ibu bekerja seberuntung aku yang dapat kapan saja mengajak anak bekerja. Atasanku tidak pernah melarang atau meminta kantor steril dari jangkauan anak-anak. Beliau juga selalu welcome dengan kehadiran anak-anak asalkan semua pekerjaan pokokku sebagai karyawan tetap terselasaikan dengan baik.

Respon rekan kerja juga harus kita pertimbangkan saat akan membawa anak ke kantor. Sama seperti halnya atasan/pimpinan, tidak semua pegawai/karyawan mampu bekerja dengan kehadiran anak kecil di sekitarnya. Beberapa orang mungkin merasa senang dengan kehadiran anak kecil sebagai hiburan, namun beberapa orang lainnya bisa saja merasa terganggu dan sulit berkonsentrasi dengan pekerjaannya bila terdapat anak kecil di sekitarnya. Seorang ibu bekerja yang ingin mengajak anak ke kantor harus juga mempertimbangkan lingkungan/rekan kerja di sekitarnya, karena ketidaknyamanan di kantor dapat berakibat pada performa kerja yang tidak maksimal.

2. Kondisi Anak

Anak mampu diajak kerjasama adalah hal terpenting yang perlu dikantongi oleh seorang ibu bekerja yang akan mengajak anaknya ke kantor. Tidak semua anak adalah penurut dan mudah diberi pengertian, banyak juga anak yang masih egois dan selalu ingin dituruti apa kemauannya. Namun hal itu dapat dipersiapkan jauh-jauh hari, misalnya dengan membuat kesepakatan dengan anak agar bersikap sopan dan tidak rewel saat di kantor. 

Selain kerjasama ibu dan anak, kondisi kesehatan anak itu sendiri perlu diperhatikan karena sebenarnya lingkungan kantor bukanlah lingkungan yang sehat bagi anak-anak. Misalnya saja jika ada salah satu rekan kerja yang merokok, jelas sekali itu tidak baik untuk kesehatan anak.  Ruangan ber-AC dengan temperature suhu yang rendah juga tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Karakter anak ibu sendiri juga wajib dijadikan bahan pertimbangan, kalau aku memang tidak merekomendasikan anak super aktif macam Rafa diajak ke kantor. Ini anak bosanan sekali dan selalu minta pulang sebelum waktunya. Jadi mengajak Rafa ke kantor adalah NO bagiku.


3. Kondisi Kantor

Kondisi kantor yang hampir didominasi oleh keberadaan orang dewasa terkadang juga memberikan dampak kurang menyenangkan kepada anak-anak, meskipun banyak juga menfaat yang mungkin bisa didapat untuk perkembangan anak. Positifnya, anak dapat bersosialisasi dengan orang banyak dan belajar mengenal lingkungan kerja sejak kecil. Anak pun banyak melakukan observasi dan menirukan lingkungan sekitarnya. Sedangkan negatifnya anak akan mengalami kemungkinan  keterlambatan perkembangan karena terbatasnya fasilitas belajar dan bermain yang sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya saja jika anak dibiarkan seharian melihat video dari  laptop selama di kantor akan mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasarnya karena aktivitas geraknya sangat minim. Bisa jadi aktivitas melihat video berjam-jam itu akan membuat anak kelelahan sehingga setelah sampai di rumah tidak lagi mau main dan belajar.

Ada baiknya juga jika ibu  mempertimbangkan kembali untuk tidak membawa anak ke kantor  pada situasi hatic dengan hiruk-pikuk deadline. Bagaimanapun membawa anak ke kantor jelas akan memecah konsentrasi ibu antara mengurusi anak dan  pekerjaan. 

Kondisi lain yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan tempat istirahat. Bekerja didepan komputer dengan menggendong anak yang sedang tidur juga bukan pilihan yang baik jadi ketersediaan tempat istirahat seperti sofa panjang ataupun kasur lipat perlu diprioritaskan.

***

Well, itulah 3 hal yang perlu diperhatikan oleh ibu bekerja jika akan mengajak anak ke kantor dari versiku sebagai seorang working mom yang kerap sekali membiarkan anak ikut serta ke kantor dengan konsekuensi harus pandai-pandai membagi konsentrasi. 

Semua pilihan wanita terhadap pola asuh anaknya tidak ada yang pantas untuk disalahkan. Pilihan seorang ibu untuk mengajak anak ke kantor, menitipkan kepada orang tua, baby sitter atau daycare, semua pasti melalui pemikiran panjang  dan menjadi keputusan terbaik. Tidak perlu men-judge seorang ibu bekerja adalah tidak lebih baik dari ibu yang stay di rumah. Cukuplah untuk tidak lagi terlibat dalam mompetition.

Yuks tetap jadi ibu yang waras dan tetap produktif !

Waalaikumsalam Wr. Wb.

10 comments:

  1. Tips yang sangat bermanfaat. Terimakasih sudah berbagi :)

    ReplyDelete
  2. Sekali ngajak si kecil ke kantor, saya malah pengen salto, karena nguber2 dia yang berlarian..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku tiap ngajak kekantor juga jadi pusing bagi konsentrasi mbak hehehe. Anaknya super aktif gak bisa diam

      Delete
  3. Belum pernah ajak anak ke kantor pas kerja. Kalau berinteraksi sebentar memang pernah. Apapun tetap harus bisa mengondisikan saat terpaksa harus membawa anak ke kantor, ya mbak. Terimakasih sharingnya :)

    ReplyDelete
  4. kalau anak syaa disiapin cemilan biar aman dan tenang

    ReplyDelete
  5. Anakku pernaha ikut uwaknya ke kantor, soalnya pas suamiku dinas, aku harus keluar kota. Untungnya atasannya baik, jadi diizinkan deh.

    ReplyDelete
  6. aku belum pernah ajak anak ke kantor hehehe kayaknya atasanku belum bisa izinin bisa2 aku dipecat hari itu juga hahhaa karena memang pertimbangan atasan dan rekan kerja juga

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)