Thursday 12 July 2018

Sudah Vaksin PCV Kenapa Masih Kena Pneumonia?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sehat itu mahal !


Beberapa waktu lalu aku pernah membuat tulisan khusus tentang kelahiran Arka dan sampai menjelang usianya lima bulan ini sama sekali belum pernah sharing lagi tentangnya. And now aku mengawali tulisan dengan kisah Arka, bayi tiga bulan yang harus menderita sakit pneumonia. Penyakit akut yang menjadi urutan atas penyebab kematian. Dan sekarang aku benar-benar bersyukur dia mampu survive melawan sakitnya kala itu. 
Arka terlahir sehat dan menggemaskan, dia juga tumbuh sesuai perkembangannya. Sedangkan awal ceritanya dimulai ketika masa cuti kerjaku usai, saat itu usianya beranjak ke bulan ketiga. Aku dan suami memutuskan menitipkan Arka ke daycare yang semanajemen dengan sekolah kakaknya. Aku tahu persis bahwa daycare ini sangat baik dan terpercaya karna Rafa sudah setahun lebih disana, semua berjalan baik-baik saja. Sistem pengasuhan dan pendidikannya juga berkualitas serta berbasis Islam Terpadu. Suami mantap dengan keputusan yang diambil namun tidak untuku. Terbesit rasa keraguan, khawatir jika dia lebih sering sakit saat dipaksa berinteraksi dengan anak-anak lain sebelum waktunya. Imunitasnya masih belum terbentuk dengan baik. Seperti ada feeling bahwa Arka bakalan sakit. And its true 💔

Seminggu Arka aku titipkan di daycare dan sakit itupun menghapirinya. Hari itu adalah Jumat. Aku menjemputnya seperti hari-hari biasanya, saat aku angkat dia dari box bayi untuk menggendongnya seketika aku kaget menyentuh tubuhnya yang panas. Arka mulai demam dan menurut pengakuan Bunda pengasuh, seharian itu dia rewel juga menolak ngASIP.  Aku memang tidak sepanik saat dulu menghadapi anak pertama demam. Pikiranku masih positif, menganggap demam sebagai hal biasa bagi bayi dan anak-anak. Besuk pasti demamnya turun, begitu ujarku dalam hati.

Baca juga : Dilema Menitipkan Anak di Daycare

Sabtu, demamnya belum juga turun, terpaksa aku memberikan obat penurun panas. Well, obat memang bekerja tapi tak bertahan lama, selang beberapa saat demamnya akan naik lagi. Aku mulai gusar karena kebetulan hanya di rumah berdua sama Arka. Ayah dan Rafa lagi acara familly gathering. Hari itu dia juga sudah mulai ogah-ogahan menyusu. Kuhitung frekuensi BAK, masih lebih dari 6x sehari. Masih aman. Namun menjelang malam demamnya tak juga berkurang, dia jadi semakin rewel dan tidak bisa tidur, jadi terus-terusan nangis, maunya digendong terus. Malam itu aku bergadang, begitu juga dengan suami. Kami bergantian menggendongnya. 

Minggu pagi, dari subuh sampai pukul sepuluhan, Arka sama sekali tidak menyusu dan tanda-tanda dehidrasi mulai muncul. Kekhawatiranku meningkat, bergegas kuminta suami mengantar ke Rumah Sakit. Alhamdulillah sekarang telah banyak Rumah Sakit di Solo yang membuka program Sunday Clinic, so hari Minggu pun ada Dokter Spesialis Anak yang praktek.

Napas Arka berat, sesekali dia muntah dan tubuhnya lemas. Sudah di Nebu tapi tidak ada perubahan, akhirnya dokter meminta untuk rawat inap. Sedih, sudah pasti. Tapi ini semua demi kebaikannya. Setelah mengurus administrasi dengan mendaftar pasien BPJS akhirnya hari itu juga Arka dirawat dan mendapatkan berbagai tindakan medis yang jelas sekali berefek negatif terhadap psikologisnya. Diagnosis dokter adalah Bronkopneumonia, dia harus di nebu empat kali dalam kurun waktu 24 jam, dipasangkan selang oksigen, menerima suntikan antibiotik setiap enam jam sekali dan parahnya dia harus pasang Sonde/NGT (Naso Gastric Tube) karena sama sekali tidak bisa menelan susu.


Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia, yaitu infeksi yang mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menimbulkan flek atau bercak pada kedua paru-paru, termasuk juga saluran udara dan kantung udara. Seseorang yang menderita bronkopneumonia dapat merasakan kesulitan saat bernapas sebagai akibat dari terhalangnya saluran udara. Semua tanda-tanda tersebut sedang dialami bayiku.

Pemberian vaksin merupakan cara untuk mencegah datangnya serangan pneumonia. Vaksin tersebut adalah Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) yang diberikan ketika bayi berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan satu tahun (empat kali imunisasi). Vaksin lainnya yang harus diberikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin Haemophilus Influenza type B (Hib), dengan rentang waktu yang sama dengan vaksin PCV.

Aku sudah mulai melek vaksin sejak sebelum Arka lahir, sampai usianya tiga bulan dia sudah mendapat suntikan vaksin dasar dan tambahan berupa sekali PCV dan Rotavirus saat usianya dua bulan. Aku rela merogoh kantong hingga jutaan untuk menebus kedua vaksin tersebut. Lalu kenapa masih bisa kena pneumonia juga? Pertanyaan yang menghakimi memang tapi kegunaan utama vaksin  hanya sebagai bentuk pencegahan dan perlindungan jadi jangan diartikan bahwa jika sudah melakukan vaknisasi kemudian akan kebal terhadap suatu penyakit tertentu. 

Seseorang yang telah melakukan vaksinasi masih tetap berpotensi menderita penyakit namun mungkin kadar keparahanya bisa lebih ringan dibandingan yang sama sekali tidak melakukannya. Keluhan yang muncul pun jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Bukan berarti imunisasi itu gagal atau tidak berguna, karena perlindungan imunisasi memang sekitar 80 - 95 % saja. Dalam khasus Arka, aku benar-benar bersyukur sudah berusaha memberikan vaksin PCV dan Hib, mungkin jika tidak, hal yang lebih buruk bisa saja terjadi walaupun takdir atas sakit dan kematian memang dari Allah SWT.





Aku sadar vaksin memang banyak manfaatnya tapi bukan lalu aku cinta mati dengan vaksin. Harus dilihat kasus per kasus dan jenis vaksinnya. Vaksin PCV yang beredar di Indonesia pun ada beberapa jenis. Generasi pertama vaksin PCV adalah PCV 7  dimana dalam vaksin tersebut terkandung 7 strain/serotipe bakteri penumokokus (Streptococcus pneumoniae) serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F. Vaksin tersebut diproduksi oleh Manufaktur Pfizer dengan merek dagang Prevnar dan dilisensi pada tahun 2000.  

Pada tahun 2009 Pfizer mengeluarkan versi terbarunya yang berisi 13 strain dimana terdapat serotipe 1, 3, 4, 5, 6A, 6B, 7F, 9V, 14, 18C, 19A, 19F, 23F dengan merek dagang Prevnar13 dan akhirnya Prevnar 7 strain ditarik untuk diganti yang baru. Pada tahun 2008 manufaktur GSK juga mengeluarkan PCV yang berisi 10 strain  yaitu serotipe 1, 4, 5, 6B, 7F, 9V, 14, 18C, 19F, 23F denga merek dagang Synflorix. Jadi bisa dikatakan PCV 10 adalah PCV 7 ditambah 3 serotipe yaitu serotipe 1, 5, dan 7F; Sedangkan PCV 13 adalah PCV 10 ditambah 3 serotipe yaitu serotipe 3, 6A, dan 19A.

Baca juga : Akhirnya Ibu Kesampaian Juga Untuk Memberikan Vaksin PCV Kepada Rafa

Pengalaman sakit Arka tersebut semoga menjadi pelajaran berharga bagiku agar lebih aware lagi tentang pentingnya imunisasi/vaksin untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Membuatku lebih hati-hati lagi dalam merawat anak-anak sehingga mereka tumbuh sehat dan cukup gizi.

Sumber gambar : https://gaya.tempo.co

Waalaikumsalam Wr. Wb.
Jadwal pemberian imunisasi PCV dilakukan sebanyak empat kali pemberian yaitu :
Sumber: Imunisasi PCV : Jadwal, Manfaat, Efek Samping - Medisku

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)