Wednesday 15 November 2017

Trik Survive Tanpa Asisten Rumah Tangga Bagi Working Mom Ala Ibu Rafa

Assalamualaikum Wr. Wb.




Sudah sekitar tiga bulan ini kami lepas dari bantuan ART. Sebenarnya kami tidak bermaksud menghentikannya tetapi karena ada alasan yang tidak bisa dinegosiasi lagi akhirnya aku harus rela melapaskan si 'mbak' yang selama ini sudah akrab mengasuh Rafa dan membantu sedikit urusan pekerjaan rumah tangga.


Sebagai ibu bekerja, sedang hamil dengan resiko tinggi, punya balita super aktif dan tanpa ada bantuan dari orang tua atau ART dalam mengurus urusan domestik ternyata rasanya waooo banget ya. Tiap pagi harus memerangi kemarahan karena taulah gimana hebohnya ngurusi balita di waktu pagi, masih lagi harus memerangi rasa malas dan berjuang bangkit meski beban di perut makin berat. Sebenarnya dulu waktu Rafa belum lahir kami fine-fine aja hidup tanpa ART tapi oh tapi kok sekarang rasanya kerjaan gak ada habis-habisnya ya kalo dikerjain sendiri.

Baca juga : Suka Duka Menjadi Working Mom

But, itu semua bukan berarti kami harus menyerah dan bilang 'aku gak sanggup', pamali tau ! Hidup berumah tangga dan punya banyak keturunan bukannya idam-idaman semua umat jadi harus disyukuri dan dijalani.

Well, inilah beberapa trik yang kami lakukan agar tetap kuat dan bisa terus survive tanpa ART karena kami sudah males nyari-nyari ART baru lagi (susah buk, kayak nyari jarum dalam tumpukan jerami hehehe).

1. Mencari Daycare yang Tepat

Urusan rumah tangga yang paling riskan bagi seorang ibu bekerja adalah urusan mengasuh anak, apalagi jika si anak masih bayi/balita dan belum sekolah, mau tidak mau kita harus mencari bantuan untuk menjaganya sewaktu ditinggal kerja.

Baca juga : Pertimbangan Untuk Orang Tua dalam Menitipkan Anak

Mencari dan menemukan daycare yang cocok dengan prinsip/pola asuh dan isi kantong kita adalah problem solving paling tepat kalo menurutku.

Baca juga : Review TPA IT Baiti Jannati, Sekolah dan Daycare Rafa

2. Komunikasi dengan Suami Tentang Pembagian Tugas

Ini penting banget karena apa sih artinya seorang istri tanpa campur tangan suami dalam mengurus pekerjaan rumah tangganya. Aku sudah berkali-kali bilang bahwa sekarang tugas suami tidak hanya melulu kerja diluar mencari duit. Saat istri juga bisa cari duit maka setuju atau tidak suami juga harus rela dan bisa berbagi tugas mengerjakan pekerjaan rumah. Ini sudah umum banget ya sekarang jadi buat bapak-bapak mulai sekarang boleh loh kurangi gengsinya jika harus bantu istri cuci setrika baju.

3. Kurangi Idealisme Terhadap Urusan Makan

Kalau dulu sih awal-awal menikah, bisa dibilang aku termasuk istri yang idealis dan sok perfeksionis. Contohnya saja urusan dapur harus dan wajib banget aku pegang sendiri. Hampir gak pernah jajan diluar, semua makanan homemade dari tanganku sendiri. Tapi semakin kesini rasanya aku bakalan kehilangan kewarasan kalau terus berada pada prinsip itu.

Jadi setelah menghadapi traffic kerjaan rumah yang tak ada habisnya, maka aku sedikit mengurangi idealisme tersebut karena istri tak harus perfect yang penting mampu menjalai seluruh perannya dengan seimbang.

Berarti sekarang gak pernah masak dong?

Bukan begitu sih maksudnya, masih tetap masak tapi liat situasi dan timingnya kalau kondisi badan fit dan waktunya tidak terburu-buru aku tetap berusaha menyiapkan makan dari hasil masakanku sendiri tapi kalau sudah gak ada waktu ditambah badan gak sehat ya tau diri lah mending order Go Food hehehe.

4. Mengurangi Expektasi yang Berlebihan

Biasalah kalau perempuan itu sering berekspetasi berlebihan terhadap suatu hal, apalagi di jaman maraknya mompetition seperti sekarang ini. Ibu A sharing daily activities-nya dirumah bareng anak-anak yang kelihatannya menunjukkan seorang ibu yang hebat, terus timbulah expektasi untuk menjadi supermom seperti itu. Saranku gak perlu ya, bagi seorang ibu bekerja rasanya gak mungkin bisa seperti itu, every time dampingi anak. Percayalah semua bisa disesuaikan, ibu bekerja bukanlah seorang ibu yang lari dari kodratnya dalam mendidik anak.

Contoh lain adalah berexpektasi untuk membuatkan MPASI homemade yang bisa bikin anak bayi gembul-gembul sehat padahal gak setiap hari ibu punya waktu lebih buat menyiapkan semua itu. Gak haram kok jika sekali-kali mempercayakan menu MPASI anak pada catering yang menyediakan baby food sehat. Kalau aku sih Alhamdulillah sudah melewati masa-masa berkutat dengan urusan MPASI anak minimal sampai 9 bulan kedepan (sekarang hamil 7 bulan berarti bakal ngadepin rempongnya berMPASI sekitar 9 bulan kemudian).

Baca juga : 5 Cara Praktis Menyiapkan MPASI Sehat Bagi Ibu Bekerja

Permasalahannya sekarang adalah munculnya keinginan untuk menyelesaikan urusan cuci setrika baju sesegera mungkin biar gak sampe liat tumpukan baju kotor menggunung. Kenyataanya semua itu gak setiap saat dapat aku kerjakan, boleh dong sekali-kali ibu hamil leyeh-leyeh dan pasrahin baju kotor itu ke tukang loundry.

5. Berpikir Ulang Tentang Kerjaan, Patut Dipertahankan atau Tidak?

Coba deh dipikir-pikir kembali apakah pekerjaan yang kita jalani ini menguntungkan atau hanya buang-buang waktu? Gimana dengan gajinya? cukup gak buat menopang income keluarga? Kalau enggak lebih baik pikirkan kembali untuk coba mencari pekerjaan lain atau resign. Dengan catatan jika resign harus dipertimbangkan kembali bagaimana perekonomian keluarga, bagaimana psikologis ibu sendiri jika menjadi FTM dan lain sebagainya.

Baca juga : Semua Working Mother Punya Alasan

Menjadi working mom bukan berarti harus bergantungan pada tenaga ART, aku yakin semua pasti mampu survive meski dengan cara dan trik yang berbeda dengan yang aku sharing diatas.

Sumber gambar : http://www.scarymommy.com

Waalaikumsalam Wr. Wb.

13 comments:

  1. Aku yang full di rumah aja kelabakan Mba', salut untuk yang kerja dan bisa survive tanpa ART. Memang harus diturunin standar kebersihan dllnya, biar nggak gampang stres dan bad mood. Kadang aku baju dan mainan sudah hampir menyamai gunung tingginya, haha :D

    ReplyDelete
  2. Aku juga ngerasain mba, ternyata lebih berat pas anak sudah dilahirdibanding waktu hamil dulu. Apalagi kalau anak udah mulai aktif dan perlu pengawasan penuh, duh kadang kerjaan banyak yang terbengkalai, padahal sudah dibantu orang tua untuk jagain. Yah, tapi tetap saja riweuh.

    ReplyDelete
  3. working mom yang enggak punya ART itu keren... aku yang di rumah terus aja, kerjaan kayak ga ada yang beres hehehe

    ReplyDelete
  4. saya kerja dan tanpa ART, anak2ku jadi mandiri banget ada untungnya, walau capai nian

    ReplyDelete
  5. Kerenlah mbk. Salut. Working mom dan tanpa art pulak.

    ReplyDelete
  6. Saya lepas ART saat anak pertama umur 4,5 th dan anak kedua umur 3,5 th.
    Beruntung kantor dekat dengan rumah, jadi pagi masih sempat masak.
    Siang pas jam istirahat juga bisa pulang ke rumah nengok anak-anak.
    Anak-anak dengan siapa? Mereka berdua aja di rumah. Tentu saja sudah diajari menggunakan hp untuk telpon mama papanya kalau ada apa-apa. Dipeseni siapapun yang ketuk rumah, selain mama papanya, walau dikenal, walau tetangga sekalipun jangan dibukain.
    Alhamdulillah anak-anak jadi lebih mandiri dan punya rasa tanggungjawab

    ReplyDelete
  7. ART memang memmberikan banyak bantuan kepada kita ya Mbak, tapi tanpa ART sebetulnya bisa juga rumah dikerjakan dengan baik, baik untuk beberes, masak, anak-anak dan lain-lain.

    ReplyDelete
  8. Aku selalu salut kepada working mom. Kebayang deh, tumpukan pekerjaan demi pekerjaan seolah nggak ada habisnya.

    ReplyDelete
  9. Jempol banget deh bisa balance antara urusan rumah sm kantor. Soalnya kadang energi udah terkuras di kantor duluan sehingga pas di rumah sisa capeknya

    ReplyDelete
  10. Saya juga gak pernah punya ART, bener2 harus jumpalitan.Tiap hari ada aja kerjaannya, pdhal kerjaan kantornjg numpuk..
    Akhirnya sekarang harus nyetrikain di laundry biar lebih ringa

    ReplyDelete
  11. saya gak punya ART kak..
    anak saya almost 2 tahun..
    kemarin di tinggal ibunya ke Bandung 3 hari
    kami jumat saya kerja saya titipkan..
    sabtu full time and me time sama bapak kece kek saya hahaha

    ReplyDelete
  12. Wah membaca postingan ini saya jadi ada pandangan nanti kalau hidup berumah tangga hehehe... Saya sih nggak gengsi kalau disuruh nyuci dan ngurusin jemuran wkwkwkw... Tapi nggak bisa setrika sih hehehe :D

    ReplyDelete
  13. Nomor 3 dan 4 setuju banget.Kewarasan kita jauuuh lebih penting dibandingkan idealisme dan ekspektasi ketinggian ya :))

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)