Wednesday 8 November 2017

Suka Duka Menjadi Working Mom

Assalamualaikum Wr. Wb.

Jika dilihat sekilas, working mom akan terlihat mandiri dan kehidupannya lebih menyenangkan, bahkan ada yang melihat bahwa wanita bekerja itu adalah 'wanita yang turah-turah duit', udah dikasih nafkah suami masih aja terima gaji bulanan dari hasil kerjanya.  Itu cuma kelihatannya sih, padahal dibalik semua itu tentu saja ada suka dan duka yang selalu mengiringi setiap pilihan termasuk pilihan untuk menjadi seorang working mom.


Aku yakin setiap wanita selalu memiliki alasan atau pertimbangan tersendiri sehingga mantap untuk menjadi seorang working mom dan  mereka sudah siap menerima setiap resiko yang harus dihadapinya termasuk suka dan dukanya. So, kali ini aku akan share suka dukaku selama menjadi working mom.

Baca juga : Semua Working Mother Punya Alasan


Sukanya

Alhamdulillah aku mendapatkan kesempatan kerja kantoran yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal kami. Ibaratnya cukup lima langkah dari rumah. Meskipun aku menggeluti pekerjaan yang bukan passion-ku yang sesungguhnya tapi aku sangat menikmatinya. Menjadi ibu bekerja adalah pilihanku sedari dulu karena memang orang tuaku juga menginginkan putrinya bisa memiliki penghasilan sendiri. Aku sendiri juga bukanlah tipe wanita yang betah terus-terusan beraktivitas di rumah. Aku suka dengan tantangan baru dan menjalin relasi dengan rekan kerja.

Sebagai working mom, tentu saja aku akan memiliki penghasilan sendiri. Penghasilan itulah yang kemudian dapat aku tabung untuk beberapa kepentingan keluarga dan kepentingan pribadi. Penghasilan itu dapat aku alokasikan untuk anggaran jalan-jalan, aktivitas memanjakan diri lainya seperti shoping, nyalon, menyenangkan orang tua dan lain-lain.

Saat dikantor aku juga memiliki banyak kesempatan ngeblog saat pekerjaan tidak menumpuk sehingga aku merasa kantor adalah tempat me time yang tepat bagiku.

Kebetulan aku juga masih tinggal dengan mertua, jadi rasanya aku bakalan tidak betah untuk terus stay at home bareng ibu mertua jadi memilih menjadi working mom adalah pilihan tepat menurutku karena dengan begitu aku dapat meminimalisir konflik menantu - mertua.

Aku seneng jadi seorang working mom karena tiap pagi aku bisa berpenampilan cantik dengan busana kantor atau style wanita karir, berbeda saat dirumah tiap hari selalu pakai daster hehehe... Ini sih alasan remeh banget tapi memang kenyataan itu yang aku rasakan.

Dukanya

Kalau ngomongin soal dukanya menjadi working mom aku jadi ngrasa pengen curhat dan mengeluh hihihihi.... Sebelum memiliki anak sih rasanya nyantai-nyantai aja menjadi ibu bekerja tetapi setelah lahir anak rasanya waktu selalu kurang untuk mengurusi urusan anak, rumah dan kerjaan kantor.

Resiko menjadi ibu bekerja tentunya tidak bisa full mengasuh anak, sehingga mau tidak mau harus menitipkan anak kepada pengasuh atau daycare. Masalah menitipkan anak, adalah masalah paling menguras pikiran yang aku rasakan selama ini. Sampai usia anak 3 tahun aku sudah berkali-kali pindah daycare juga berganti-ganti pengasuh/nanny dirumah. Penyebabnya sama, karena adanya perbedaan pola asuh yang tidak sesuai dengan kenginginanku.

Baca juga : Tidak Ingin Menyesal ? Jangan Lupakan 5 Hal Ini dalam Merekrut Pembantu Rumah Tangga (PRT)

Meskipun sudah mendapatkan pengasuh/nanny yang sesuai harapan tidak jarang juga mereka mengajukan pamit tidak masuk kerja sehingga mau tidak mau aku harus mengajak anak ke kantor. Semua taukan bagaimana repotnya membawa anak bekerja? selain bakalan mengurangi produktivitas kerja juga bisa dipandang kurang pantas.

Setelah anak sudah mulai sekolah, pagi-pagi harus berhadapan dengan situasi hetic penuh dengan peluh bahkan jeritan tangis saat anak tidak mood untuk berangkat sekolah. Kalau sudah begitu waktu akan terasa berputar cepat sekali dan bakalan telat masuk kantor. Dinyinyirin rekan kerja atau bos sih masih biasa, yang terpenting tidaklah mendapatkan sanksi atau bahkan dipecat. Nauzubillah, jangan dulu lah.

Baca juga : 3 Hal yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Mengajak Anak ke Kantor

Duka lainnya adalah tersitanya waktu bersama anak. Aku merasa tidak bisa menjadi ibu yang baik karena terlalu sering meninggalkan anak, tidak bisa menemaninya belajar dan bermain serta tidak bisa menciptakan madrasah pertamanya dengan maksimal. Terkadang aku baper liat ibu-ibu yang stay di rumah dan selalu posting betapa pinternya anak-anak karena sang ibu dapat mengawal tumbuh kembangnya setiap saat.

Ditambah lagi bahwa menjadi working mom itu kudu memiliki tenaga dobel antara mengurusi pekerjaan kantor dan urusan rumah tangga. Ini yang terkadang tidak mampu aku jalani karena dalam kondisi hamil seperti saat ini rasanya aku kehilangan separuh tenaga. Seringnya sepulang kerja dan usai membersihkan diri aku langsung tertidur, hal itulah yang kemudian membuat anak  merasa kurang perhatian dan kasih sayang sosok ibu.

Aku juga jadi lebih sering beli makanan dari pada memasak sendiri. Selain menjadikan pengeluaran membengkak juga bikin perasaan tidak nyaman karena memicu prasangka buruk dari suami atau mertua. Bisa saja mereka berpikiran aku istri yang pemalas hehehehe...

Overall itulah suka dukaku selama menjalani peran sebagai working mom. Bagaimana dengan ibu-ibu yang lain? share dimari yuks...
Waalaikumsalam Wr. Wb.

1 comment:

  1. Sudah merasakan menjadi working mom.
    Betul mak...suka dan dukanya menjadi working mom itu..sesuatuh pokoknya

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)