Friday 21 October 2016

Dear Husband, Bagaimana Kisahmu Selama 3 Tahun Terakhir?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Jumat, yang katanya penuh berkah ini sebelumnya masih sama dengan Jumat-Jumat yang lalu tetap tidak jauh berbeda dengan hari Senin-Selasa-Rabu dan Kamis. Namun Jumat kali ini berubah seketika menjadi indah saat pagi tadi kau berbisik "Happy Anniversary Sayang" sembari menciumku. Pikiran sejenak berkelana ke masa-masa dimana kita dipertemukan. Saat kau meyakinkanku bahwa "Tidak ada yang salah jika kita ditakdirkan bersama" karena masing-masing sudah punya garis jodohnya sendiri-sendiri. Toh aku tidak pernah merebutmu dari wanita manapun, kau sendiri yang datang padaku dan menawarkan cinta itu. Ingatan itu kemudian hambur bersamaan dengan suara Rafa yang meleok-leokkan tubuhnya untuk melemaskan otot. Aku dan kau kemudian bersamaan mememandangi senyuman manis dari makhluk kecil yang tiap malam menguasai kasur kita. Yah.. kita bersyukur atas semua nikmat ketentraman dan kesempurnaan keluarga ini.



Tidak terasa hari ini genap 3 tahun usia pernikahan kita. Memang usia ini masih seumur jagung tapi begitu banyak kisah yang telah kita buat dan kita lukis dalam setiap lembaran kehidupan kita. Sayang... aku akan sedikit jujur dalam tulisan ini tentang apa yang aku rasakan selama tiga tahun ini. Sebelum kau datang ke orang tuaku aku sama sekali tak pernah berpikir bahwa ada cinta untukku kala itu. Aku hanya mengenalmu dari beberapa cerita teman-teman. Yang katanya kamu begini, kamu begitu dan kamu suka si itu kemudian kamu disukai si itu dan beberapa cerita lain yang aku tak dapat mengingatnya lagi. Jujur aku tak pernah tertarik terhadap kisah-kisahmu itu tapi terpaksa aku harus mendengarkannya terlalu sering, hingga suatu saat kau memperkenalkan dirimu padaku, mendekatiku dan menunjukkan tanda-tanda cinta yang aku yakin semua perempuan  mampu menebak isi pikiranmu kala itu "Bahwa kau menyukaiku"

Dari situlah aku mulai membuka diri, mulai menghapus semua kenangan masa lalu yang kata kekiniannya move on dari seseorang. Yah.. kita mulai menjalani sebuah kisah tapi aku sendiri tak yakin apakah aku benar dan tidak menyakiti orang lain jika aku menerimamu. Sempat beberapa kali aku memutuskan mundur dari kisah yang kau sutradarai ini, aku berusaha menjaga perasaan seseorang yang sebenarnya sudah kau sakiti dan aku kembali menggarami lukanya. Ternyata kau tak pernah selangkahpun mundur untuk meyakinkanku bahwa all is well dan aku tak perlu terus menjadi lilin.

Tanggal 21 Oktober 2013 lalu yang kata kakek moyangku itu hari baik untuk mengikrarkan janji suci dipilih sebagai akhad nikah kita. Hari itulah aku sah menjadi milikmu dan kita memulai babak baru dalam bahtera rumah tangga. Hari demi hari, minggu demi minggu, hingga tahun demi tahun kita lalui bersama. Aku menyadari bahwa egoku terlalu tinggi, aku sendiri terkadang tak sanggup mengendalikan diri. Di awal pernikahan kau sudah harus menghadapi sikapku yang kekanak-kanakan, sikap yang terlalu memandang bahwa rumput tetangga memang lebih hijau. Aku didera kegundahan selama enam bulan pertama usia pernikahan kita. Aku semakin pesimis saat teman-teman sebayaku yang mereka tak lebih dulu menikah ternyata sudah hamil dan akan menjadi calon ibu. Aku selalu bertanya "Apakah aku tidak subur? Kenapa aku tak kunjung hamil?" pertanyaan itu sering ku ulang, mungkin kau sampai kehabisan kata-kata untuk menenangkanku. Belum lagi aku terus-terusan memaksamu untuk konsultasi ke dokter dan program hamil bersama dokter ahli. Aku salut kau begitu sabar dalam menghadapi sikap itu. 

Enam bulan lamanya kita menunggu dan akhirnya Tuhan mengirimkan malaikat kecil itu di rahimku. Sujud syukur akhirnya Tuhan mempercayakan kita untuk menjadi orang tua. Kau begitu sabar dan telaten menjagaku dan si janin hingga dia lahir. Bayi laki-laki yang kita beri nama Arrafa Frinianto itu kini menemani hari-hari kita dan menghilangkan kesepian kita. Kau selalu menguatkanku saat aku mulai mendapatkan peran baru sebagai ibu, mensupportku untuk memberikan ASI hingga 2 tahun meskipun terkadang aku lelah. Hingga kini dia tumbuh semakin cerdas sepertimu, anak yang kini akalnya semakin berkembang terkadang membuatku marah. Rasanya ingin mencubitnya saat dia mulai menumpahkan makanannya atau memecahkan gelasnya tapi kau selalu menghentikanku dengan kata-kata lembut yang kembali menenangkan pikiran. Kau membiarkanku tengkurap meredamkan emosi agar aku tidak semakin geram dengan si anak yang tingkahnya semakin menggemaskan itu. Dengan sabar kau kemudian mengambil alih untuk menyuapinya atau mengajaknya mandi. Ah kau terlalu baik padaku sayang...



Sekarang sudah tiga tahun kita bersama dan aku masih yakin kau tetap menyimpan cinta yang sama dengan saat kita memulai pernikahan ini. Aku yakin kau tak akan peduli dengan perubahan tubuhku yang tak seideal dulu lagi. Aku yakin kau tak mempermasalahkan dasterku yang menjadi baju kebangsaan. Aku yakin kau akan tetap mencintaiku, menguatkanku dan menyempurnakanku menjadi seorang ibu. Terimakasih sayang....

Sayang, kau memang baik tapi terkadang kau juga harus lebih pandai mengambil keputusan kau juga terkadang lebih lemot saat bersiap-siap mau bepergian, kadang aku bete menunggu hehehe

Happy Third Anniversary Sweet Husband !

Waalaikumsalam Wr. Wb.


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)