Tuesday 3 May 2016

Saat dimana aku sangat kangen ibuku

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perasaan kangen yang luar biasa ini muncul berawal dari ART yang minta resign. Semenjak mbaknya sudah tidak kerja sama saya, terpaksa saya harus momong dan mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah (mencuci, beres-beres mainan, ngepel lantai yang kotor sehabis Rafa makan dan mencuci feedingsetnya). Belum lagi Rafa yang cranky kalo kemauannya tidak dituruti. Gimana mau dituruti wong pengennya naik turun tangga penyambung lantai jemuran (tangga besi yang berlilit itu loh tau kan curam dan bahayanya?). Atau keinginan bermain beras didapur, masing mending kalau cuma buat mainan dan berasnya tetap diwadahnya, lah ini berasnya di sebar kemana-mana (kan sayang... beras beli mahal nak).

Saya sedikit setres sejak hari Minggu (30-4-2016) lalu, seolah-olah saya berada dirumah hanya berdua saja dengan Rafa yang banyak tingkah, padahal dirumah ada banyak orang (pakde pakde dan budhe2) yang mungkin saja bisa dimintai tolong mengawasi Rafa saat saya sholat atau sekedar makan, tetapi pada kenyataannya tidak ada yang peduli atau mungkin bagi mereka enggan untuk menolong jika saya tidak memintanya. Dari situ saya berpikir keluarga ini punya karakter yang tidak suka menawarkan bantuan jika tidak diminta. Melihat Rafa lari menuju tangga saja pada diam semua padahal disitu lagi pada nyantai didepan TV atau ngegame didepan komputer. Belum lagi mertua yang hanya bisa jerat jerit saat Rafa bertingkah sampai harus menuruti dan membenarkan semua keinginannya biar bisa bermain sambil duduk manis. Bagiku itu mustahil karena Rafa tipe anak yang sangat aktif dan rasa ingin taunya tinggi jadi meskipun begitu perlu diarahkan dan tidak diujo dengan alasan biar tidak nangis. Hari itu kebetulan juga suami lagi flu/pilek jadi seharian cuma ngendon dikamar, jadi tak seorangpun bisa membantu. Perasaanku membuncah dan rasanya saya lelah sekali hingga terbesit perasaan "Seandainya ada ibuku disini". Beliau adalah seorang yang ringan tangan dan senang mengulurkan bantuan.

Minggu telah menjelang malam, semua rasanya belum berakhir, besuk Senin (2-5-2016) Rafa akan mulai hari pertamnya di day care (saya memutuskan menitipkannya di day care setelah mbaknya berhenti). Saya harus menyiapkan semua bekal esok sendirian. Senin paginya, pagi-pagi harus sudah start beberes diri kemudian baru mengajak Rafa mandi lalu menyuapinya sarapan. Anak ini lagi tidak bisa kompromi disaat diburu waktu justru dia susah sekali disuapi makan. Rasanya pengen marah-marah. Suami juga belum kunjung membaik sehingga tak bisa mengulurkan tangan membatuku. Selesai semua, saya juga mesti mengantar Rafa ke day care. SENDIRIAN ! iya sendirian saya menggendongnya sambil menaiki motor.

Sedikit lega Rafa bisa dikondisikan di tempat baru, dia sudah mulai nyaman di day care. Saya meninggalkannya sampai jam 4 sore. Saya menjemputnya juga masih sendirian. Sesampai dirumah saya menyuapinya karena seharian dia tidak mau makan saat di day care. Selesai menyuapi saya kebelakang dan melihat cucian piring menumpuk (berusaha saya bereskan), melihat lagi cucian baju menggunung padahal baru sehari tidak mencuci keranjang pakaian kotor sudah penuh. Demi mengurangi pekerjaan esok akhirnya saya mencuci baju-baju itu. Entah kenapa saya sedikit sedih dan menangis perih saat mencuci pakain ibu mertua termasuk pakaian dalamnya. Lagi-lagi perasaan kangen ibuku bertumpuk-tumpuk. Sampai sekarang tak pernah saya mencucikan pakaiannya, bahkan sampai besarpun saya masih sering dicucikan. Hiks :( Benar-benar saya merasa sangat durhaka kepada Beliau. Disini semenjak menikah saya sering mencucikan pakaian mertua (minus saat kami ngontrak rumah sendiri dan saat ada ART) sementara tak pernah sekalipun saya mencucikan milik ibu kandungku. Padahal beliaulah yang telah menjadikan saya seperti sekarang. Saya ikhlas melakukan ini semua, tapi entah kenapa saat itu saya benar-benar sedih mengingat ibuku di desa sana.

Kangen... kangen semakin menjadi. Bahkan saya seperti orang stres dirumah melihat semua berpangku tangan sementara saya mengerjakannya sendiri. Ibu ku pasti tak akan membiarkan aku seperti ini. Saya memang belum ikhlas dengan keadaan ini jadi saya masih butuh dikuatkan, dan mungkin hanya Ibu yang bisa mengutkanku untuk bisa menjadi istri, menantu dan orang tua yang kuat dan sabar.

Belum lagi sekarang Rafa ketularan pilek ayahnya.. saya jadi semakin stres dan tidak tega meninggalkannya di day care. Semoga semua baik-baik saja ya Allah. Maafkan hamba :( Dari sini saya berangsur paham bagaimana pengorbanan ibuku dulu saat membesarkan saya dan adek-adek.

Waalaikumsalam Wr. Wb.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, senang dapat sharing dengan Anda :)